Selain digunakan sebagai bumbu masakan, temu kunci ternyata memiliki manfaat lainnya. Di tangan lima mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) temu kunci dapat digunakan sebagai penangkal penyakit flu burung pada hewan ternak.
Adalah Mifta Rizkiani, Zaini Miftah, Micki Kurniawan, Fitrianisa Fathurohmah, dan Eli Muli Lestari. Kelima mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UMY berhasil mengembangkan tanaman Temu Kunci sebagai penangkal flu burung pada hewan ternak dan menjadi salah satu perwakilan UMY pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) ke 25 dalam kategori program Kreativitas Mahasiswa Penelitian (PKM-P).
Ketua tim Mifta Rizkiani mengungkapkan, temu kunci memang lebih dikenal sebagai bumbu masakan namun sebenarnya juga memiliki khasiat lain sebagai peningkat daya imun bagi hewan ternak agar terhindar penyakit. “Setelah dilakukan penelitian, ternyata tanaman temu kunci ini berkhasiat untuk mencegah hewan ternak terkena berbagai penyakit yang salah satunya adalah penyakit yang mematikan, yakni Flu Burung,” kata Mifta, seperti dinukil dari situs UMY, Sabtu (14/7/2012).
Penelitian yang berjudul ‘Uji Aktivitas Imunostimulator Temu Kunci (Boesenbergia pandurata (Roxb) pada Coturnix coturnix yang Terinduksi Vaksin AI (Avian Influenza) Subtipe H5N1 melalui Pengukuran Titer Antibodi’ ini telah memberikan terobosan baru tentang pencegahan penyakit Flu Burung pada hewan ternak secara dini. “Flu burung merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Di Indonesia sendiri pada Januari 2004 terdapat kasus kematian ayam ternak yang luar biasa terutama di Bali, Jawa, dan Kalimantan Barat,” ujarnya menambahkan.
Dia menyebut, awal mula mereka melakukan penelitian tersebut ketika mereka melihat para peternak di daerah Kaliurang yang mencampurkan temu kunci pada pakan ternak mereka. “Kemudian kami melakukan penelitian ini untuk membuktikan kebenarannya secara ilmiah,”ungkapnya.
Mereka kemudian melakukan penelitian dengan mengukur titer antibodi Immunoglobulin Yolk (IgY) yang ada pada temu kunci. Pengembangan imunoterapi IgY yang ada pada temu kunci dengan memanfaatkan sistem imun unggas. “Kelebihan sistem IgY ini selain memberikan kekebalan pada induk unggas juga dapat memberikan kekebalan pasif pada keturunannya melalui telur. Embrio bangsa burung yang baru menetas mendapatkan imunitas pasif melalui transfer IgY induk dari serum ke kuning telur,” papar Mifta.
Metode yang mereka lakukan selanjutnya dengan membuat jus dari rimpang temu kunci. “Kami menggunakan rimpang temu kunci seberat 100 gram kemudian ditambah 10 ml air lalu diblender. Selanjutnya jika sudah selesai diblender lalu diambil airnya dengan diperas. Tahapan ini mampu menghasilkan sekitar 50 ml berwarna coklat pekat,” urainya.
Melalui metode jus rimpang tersebut diharapkan masyarakat bisa mempraktikannya sendiri. Kemudian bisa mencampurkannya pada makanan untuk ternak mereka. Mifta dan kawan-kawan berharap, melalui pemanfaatan tanaman temu kunci tersebut bisa menjadi sebuah terobosan baru dan berperan dalam pencegahan penyakit flu burung.
Adalah Mifta Rizkiani, Zaini Miftah, Micki Kurniawan, Fitrianisa Fathurohmah, dan Eli Muli Lestari. Kelima mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UMY berhasil mengembangkan tanaman Temu Kunci sebagai penangkal flu burung pada hewan ternak dan menjadi salah satu perwakilan UMY pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) ke 25 dalam kategori program Kreativitas Mahasiswa Penelitian (PKM-P).
Ketua tim Mifta Rizkiani mengungkapkan, temu kunci memang lebih dikenal sebagai bumbu masakan namun sebenarnya juga memiliki khasiat lain sebagai peningkat daya imun bagi hewan ternak agar terhindar penyakit. “Setelah dilakukan penelitian, ternyata tanaman temu kunci ini berkhasiat untuk mencegah hewan ternak terkena berbagai penyakit yang salah satunya adalah penyakit yang mematikan, yakni Flu Burung,” kata Mifta, seperti dinukil dari situs UMY, Sabtu (14/7/2012).
Penelitian yang berjudul ‘Uji Aktivitas Imunostimulator Temu Kunci (Boesenbergia pandurata (Roxb) pada Coturnix coturnix yang Terinduksi Vaksin AI (Avian Influenza) Subtipe H5N1 melalui Pengukuran Titer Antibodi’ ini telah memberikan terobosan baru tentang pencegahan penyakit Flu Burung pada hewan ternak secara dini. “Flu burung merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Di Indonesia sendiri pada Januari 2004 terdapat kasus kematian ayam ternak yang luar biasa terutama di Bali, Jawa, dan Kalimantan Barat,” ujarnya menambahkan.
Dia menyebut, awal mula mereka melakukan penelitian tersebut ketika mereka melihat para peternak di daerah Kaliurang yang mencampurkan temu kunci pada pakan ternak mereka. “Kemudian kami melakukan penelitian ini untuk membuktikan kebenarannya secara ilmiah,”ungkapnya.
Mereka kemudian melakukan penelitian dengan mengukur titer antibodi Immunoglobulin Yolk (IgY) yang ada pada temu kunci. Pengembangan imunoterapi IgY yang ada pada temu kunci dengan memanfaatkan sistem imun unggas. “Kelebihan sistem IgY ini selain memberikan kekebalan pada induk unggas juga dapat memberikan kekebalan pasif pada keturunannya melalui telur. Embrio bangsa burung yang baru menetas mendapatkan imunitas pasif melalui transfer IgY induk dari serum ke kuning telur,” papar Mifta.
Metode yang mereka lakukan selanjutnya dengan membuat jus dari rimpang temu kunci. “Kami menggunakan rimpang temu kunci seberat 100 gram kemudian ditambah 10 ml air lalu diblender. Selanjutnya jika sudah selesai diblender lalu diambil airnya dengan diperas. Tahapan ini mampu menghasilkan sekitar 50 ml berwarna coklat pekat,” urainya.
Melalui metode jus rimpang tersebut diharapkan masyarakat bisa mempraktikannya sendiri. Kemudian bisa mencampurkannya pada makanan untuk ternak mereka. Mifta dan kawan-kawan berharap, melalui pemanfaatan tanaman temu kunci tersebut bisa menjadi sebuah terobosan baru dan berperan dalam pencegahan penyakit flu burung.