ABG rentan korban eksploitasi seks

CHILDREN Crisis Center (CCC) Lampung mengungkapkan, anak SMA yang berusia antara 16-17 tahun makin rentan menjadi korban eksploitasi seksual komersial anak (ESKA) di Bandarlampung, Provinsi Lampung. Kasus-kasus ESKA yang umum terjadi di Bandarlampung adalah kasus anak yang dilacurkan, pornografi anak, dan trafficking anak untuk tujuan seksual.

"Dalam dua tahun sejak bulan Mei 2010 hingga Mei 2012, CCC Lampung didukung oleh Save The Children Indonesia telah melakukan pendampingan terhadap 130 orang anak korban ESKA di wilayah Bandarlampung," kata Ketua Harian CCC Lampung, Murti Rahayu, di Bandarlampung, Sabtu (11/8).

Ia menambahkan, dalam kurun waktu dua tahun program berjalan, CCC telah melakukan pendampingan melalui pemberdayaan dan pendidikan terhadap 130 orang anak korban eksploitasi seksual komersial dengan rentang usia bervariasi mulai dari usia 14-17 tahun.

"Selama kami melakukan pendampingan terungkap, usia 14 tahun menempati posisi terendah dalam eksploitasi anak yakni hanya tujuh persen, disusul usia 15 tahun dengan 25 persen, usia 16 tahun dengan 32 persen, dan terakhir dengan jumlah tertinggi usia 17 tahun sebanyak 36 persen," ujar dia.


Seluruh korban Eska adalah anak yang berjenis kelamin perempuan. Sedangkan korban ESKA sendiri, umumnya tidak memandang status, apakah korban masih berstatus pelajar atau putus sekolah.

"Anak yang putus sekolah mencapai 81 orang anak sebanyak 62 persen. Mayoritas dari mereka yang putus sekolah adalah karena alasan ekonomi atau dari keluarga yang kurang mampu, sehingga tidak dapat melanjutkan pendidikan," kata Murti pula.

Faktor ekonomi itulah, ia menambahkan, menjadi penyebab anak terjebak menjadi korban ESKA, meskipun ada faktor-faktor pendukung lain yang mempengaruhinya. Sedangkan anak yang masih bersekolah mencapai 49 orang anak (38 persen) yang terpengaruh pergaulan dengan teman, lingkungan keluarga yang kurang harmonis, atau pun gaya hidup.