Atasan yang galak bisa membuat Karyawan sakit

 Apakah anda mau mempunyai atasan yang galak, pasti sebagian karyawan akan menjawab tidak. Mana ada orang yang mau diomelin terus, selain bikin kesal ternyata perilaku atasan dapat juga mempengaruhi kesehatan anak buahnya.

Berdasarkan polling terhadap lebih dari 20.000 karyawan di Eropa menunjukkan ada hubungan antara perilaku atasan dengan tingkat stress kesehatan pada karyawan.

Dari penelitian tersebut ditemukan para pekerja pria di Eropa yang memiliki bos galak berisiko 25 persen lebih tinggi terkena serangan jantung dalam kurun waktu 10 tahun setelah survei. Risiko ini jauh lebih besar dibanding pada karyawan yang memiliki atasan yang baik dan disukai.

Selain itu, pekerja yang merasa tidak puas dengan perilaku atasan diketahui lebih sering absen karena sakit. Jumlah absensi karena sakit para karyawan sangat erat kaitannya dengan sikap para atasan. Karyawan yang absen karena sakit diindikasikan karena stres atau kelelahan akibat kerja yang berdampak pada fisiknya.

Para psikolog mendapatkan bukti bahwa kehidupan kantor memang rawan stres. Selain dari sisi tanggung jawab pekerjaan dan gaji, hubungan yang kaku antara atasan dan bawahan, serta jenjang karier yang tidak jelas, sering menyebabkan karyawan stres.

Hormon stres yang dilepaskan tubuh bisa meningkatkan tekanan darah, kadar glukosa, bahkan bisa membuat sel-sel darah lebih kental dan berdampak pada penyumbatan pembuluh darah yang bisa menyebabkan serangan jantung atau stroke.

Dan ternyata bahwa gaya kepemimpinan seorang atasan memang berpengaruh besar pada kesehatan karyawan. Namun, pada setiap orang dampaknya mungkin berbeda-beda tergantung pada karateristik tiap individu. Misalnya saja pada orang yang termasuk kategori rawan stres, mungkin kesehatannya akan langsung terpengaruh.

Cara mengatasi nya
Sesi kebugaran selama setengah jam per hari dengan treadmill bermanfaat positif bagi para atasan yang tertekan. Hal itu terungkap dari hasil studi bersama Northern Illinois University dan University of Illinois di Chicago, AS, yang diterbitkan dalam Journal of Business and Psychology.

Peneliti mengamati 98 mahasiswa dan 98 supervisor mereka. Siswa diminta menjawab pertanyaan tentang seberapa kejam atasan mereka. Para supervisor juga melaporkan seberapa sering mereka berolahraga, tingkat stres di tempat kerja, dan jumlah waktu luang. Hasilnya tingkat stres atasan itu bahkan lebih tinggi daripada bos mereka yang lebih tinggi. Para penyelia itu pun sering kali melampiaskan rasa frustrasi mereka kepada karyawan melalui pemberian tugas berlebih, perpeloncoan, ataupun intimidasi.

Namun, terungkap pula olahraga tingkat moderat satu atau dua hari seminggu dapat meminimalkan efek negatif penekanan ke bawah itu.