Minum Cokelat Bikin Otak Lebih Sehat

Ada kabar menyenangkan bagi Anda penggemar minuman kakao alias cokelat. Minum cokelat tiap hari membantu menjaga kesehatan otak, terutama untuk orang berlanjut usia.

Kabar itu sesuai dengan penelitian terhadap 60 orang tua yang tak menderita demensia di Inggris. Hasil penelitian menunjukkan meminum dua cangkir cokelat sehari dapat meningkatkan aliran darah ke otak.

Penelitian melibatkan 60 orang dengan usia rata-rata 73 tahun. Peneliti meminta mereka meminum dua cangkir cokelat setiap hari. Satu kelompok meminum cokelat dengan kandungan flavanol tinggi. Sedangkan kelompok lain mendapat minuman cokelat dengan flavanol lebih rendah.

Tes di awal penelitian menunjukkan 17 relawan mengalami gangguan aliran darah ke otak. Hasilnya, tak ada perbedaan antara mereka yang minum kokoa kaya flavanol dengan yang sedikit minum flavanol.

Namun, 88 persen dari mereka mengalami gangguan aliran darah sebelum meminum cokelat. Setelah meminum cokelat, hasil penelitian menunjukkan mereka mengalami perbaikan aliran darah dan tes kognitif. Itu berlaku pada dua kelompok.

Peserta yang mengalami peningkatan aliran darah menunjukkan perbaikan dalam tes ingatan. Namun para peneliti mengatakan hasil riset yang ditulis Jurnal Neurology itu memerlukan banyak riset untuk kesimpulan lebih lanjut.

"Kami belajar lebih banyak tentang aliran darah di otak dan pengaruhnya terhadap kemampuan berpikir," kata penulis studi Farzaneh Sorond, seorang ahli saraf di Harvard Medical School.

"Saat sebagian daerah di otak membutuhkan lebih banyak energi untuk menyelesaikan tugas mereka, mereka juga membutuhkan aliran darah yang lebih besar. Hubungan ini mungkin memainkan peran penting dalam penyakit seperti Alzheimer," lanjutnya.

Simon Ridley, kepala penelitian di Alzheimer Research UK, mengatakan penelitian kecil itu memperkuat banyak bukti. "Sebuah pengobatan berbasis kakao kemungkinan akan sangat populer, tapi terlalu dini untuk menarik kesimpulan tentang efeknya."

Ia menambahkan, salah satu kelemahan dari studi ini adalah kurangnya kelompok kontrol untuk perbandingan. Sehingga mereka tidak bisa mengatakan apakah hasilnya akan berbeda jika para peserta tidak minum kakao sama sekali